Mengenal TBC Laten, Infeksi Bakteri TBC Tanpa Gejala

TBC laten yaitu suatu keadaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC.

Infeksi tuberkulosis laten (TBC laten) sering kali tidak disadari oleh penderitanya karena tidak menimbulkan gejala apa pun. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, TBC laten bisa berkembang menjadi tuberkulosis aktif (TBC aktif).

Perbedaan TBC aktif dan TBC laten adalah pada gejala dan penularannya. TBC aktif umumnya disertai dengan gejala, seperti batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari 3 minggu dengan atau tanpa batuk darah. Penderita TBC aktif juga dapat menularkan bakteri TBC ke orang lain.

Sementara itu, penderita TBC laten tidak akan mengalami gejala apa pun dan tidak dapat menularkan bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TBC ke orang lain.

Meskipun tidak menimbulkan gejala, bakteri TBC tetap berada di dalam tubuh penderita TBC laten dengan kondisi tidak aktif atau “tertidur”. Bila tidak mendapatkan pengobatan, bakteri laten yang “tertidur” bisa menjadi aktif dan menimbulkan gejala.

Pemeriksaan TBC Laten

Ada beberapa kelompok yang diketahui berisiko tinggi terkena TBC laten dan merupakan prioritas sasaran pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), antara lain:

  • Orang dengan HIV (ODHIV)
  • Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis: Anak-anak usia < 5tahun, anak-anak usia 5-14 tahun, remaja dan dewasa (usia ≥ 15 tahun)
  • Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif: pasien immunokompromias lainnya (pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll), warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, penggunaan narkoba suntik.

Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 5–10% infeksi bakteri TBC akan berkembang menjadi TBC aktif dalam 2–5 tahun pertama. Ini artinya, pemeriksaan dan pengobatan TBC yang tepat perlu dilakukan sejak infeksi pertama kali terjadi, untuk mencegah bakteri berkembang menjadi TBC aktif.

Ada beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis TBC laten yaitu Tuberculin Skin Test (TST) dan IGRA untuk mengetahui ada atau tidak nya bakteri penyebab penyakit TBC pada tubuh dilakukan sesuai dengan ketersediaan di pelayanan kesehatan terdekat. Berikut ini adalah penjelasannya:

Tuberculin Skin Test (TST) atau Mantoux Tes

TST atau Mantoux Tes dilakukan dengan cara menyuntikkan 0,1 ml Purifed Protein Derivative (PPD) RT-23 pada bagian volar lengan bawah secara intracutan (ke dalam kulit). Setelah 48–72 jam, bagian kulit yang disuntik cairan akan diperiksa untuk menentukan hasilnya.

Jika muncul benjolan merah kecil yang mengeras di area bekas suntikan, hasil tes berarti positif TBC. Sementara itu, jika kulit tidak mengalami perubahan apa pun terhadap tes Mantoux yang dilakukan, hasil tes menunjukkan negatif TBC.

Tes IGRA

Pemeriksaan TBC laten juga dapat dilakukan dengan tes darah IGRA (interferon gamma release assay) untuk mengukur reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri TBC.

Penegakan diagnosis TBC laten secara cepat dengan sensitifitasnya berkisar 91 – 100%, IGRA yang direkomendasikan dari (World Health Organization) WHO yaitu QuentiFERON®-TB Gold In-Tube (QFT-GIT) dan T-SPOT TB

Biasanya, tes darah dilakukan jika Anda berisiko tinggi terinfeksi TBC tetapi tes Mantoux yang dijalani menghasilkan respons negatif, atau baru saja menerima vaksin BCG. Namun, pemeriksaan ini belum dapat dilakukan di semua pelayanan kesehatan di Indonesia.

Pengobatan TBC Laten

Jika pemeriksaan menunjukkan bahwa Anda menderita TBC laten dan tidak terdapat kontra indikasi pemberian TPT antara lain: hepatitis akut/kronis, neuropati perifer, konsumsi alkohol, maka pengobatan perlu segera dilakukan guna mencegah bakteri TBC berkembang menjadi TBC aktif. Berikut ini adalah obat-obatan yang umum diresepkan untuk mengatasi TBC laten dilakukan dalam jangka pendek dengan panduan sebagai berikut:

  • Paduan 6H : Isoniasid (INH) diberikan selama 6 bulan walaupun kasus indeks meninggal, obat diminum setiap hari dengan dosis mengikuti kenaikan berat badan.
  • Paduan 3HP : INH dan Rifapentine (RPT), obat ini tidak direkomendasikan untuk anak yang berusia < 2 tahun dan ibu hamil, obat diminum satu kali seminggu dosis menyesuaikan berat badan. Obat tetap diberikan selama 3 bulan walaupun kasus indek meninggal, pindah atau sputumnya sudah menjadi negatif.
  • Paduan 3HR : isoniazid (INH) dan Rifampisin (RIF) lama pemberian 3 bulan, diminum setiap hari pada waktu yang sama. Untuk dosis menyesuaikan berat badan.

Namun, pengobatan ini harus diubah jika bakteri TBC ditularkan dari individu yang menderita TBC MDR (Multi Drug Resisten). Tak hanya itu, pengobatan TBC laten juga perlu disesuaikan dengan kondisi medis yang menyertai pasien, serta potensi interaksi obat jika pasien sedang mengonsumsi obat-obatan lain.

TBC laten yang tidak segera diobati berisiko menjadi TBC aktif. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika Anda melakukan kontak erat dengan penderita TBC aktif agar segera mendapatkan pengobatan pencegahan tuberkulosis (TPT), jika terkonfirmasi TBC laten.

Perlu diingat, pengobatan TBC laten maupun TBC aktif sebaiknya dilakukan sesuai dengan arahan dokter. Penghentian pengobatan TBC tanpa instruksi dokter dapat menyebabkan terjadinya TBC MDR (Multi Drug Resisten), yaitu TBC yang kebal terhadap berbagai obat sehingga sulit untuk disembuhkan, maupun kasus TBC putus obat.

About the Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like these

X